Museum Tak Lagi Gelap

Film Night at the Museum (NatM) mendorong peningkatan kunjungan ke American Museum of Natural History, New York, hingga 20 persen. Sebuah dampak menggembirakan. Museum mulai dilirik sebagai ranah baru rekreasi dan interaksi. Di samping sarana belajar sejarah.

Bercermin dari keberhasilan NatM, rasa bangga sebagai satu bangsa ternyata dapat ditumbuhkan melalui museum. Pemerintah mencanangkan tahun 2010 hingga 2014 sebagai Tahun Gerakan Nasional Cinta Museum. Selangkah lebih maju, tahun 2009 Gubernur Syamsul Arifin menggerakkan program Ayo ke Museum.

Kepala Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, Sri Hartini, mengatakan tak mudah menjalankan program-program ini. Namun, bukan berarti tak bisa.

Berikut perbincangan kami dengan Sri Hartini

Apa sebenarnya fungsi dan peran museum?
Museum memiliki peranan penting dalam pembangunan karakter bangsa. Melalui artefak dan benda-benda kuno koleksi museum, masyarakat terutama generasi muda diingatkan kepada nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah dan perjuangan bangsa. Menjalankan peran ini tidak mudah. Baca lebih lanjut

Leluhur Pembuka Lahan Perkebunan

Majunya industri perkebunan di Sumatera Utara, tidak terlepas dari peran masyarakat tionghoa di masa lampau. Sebab, di awal perkebunan dibuka pada tahun 1870-an, ribuan masyarakat tionghoa yang berasal dari Semenanjung Malaysia dan China Selatan berimigrasi dan menjadi buruh perkebunan tembakau di Sumatera Timur.

Di tahun 1870-an, merupakan awal perkebunan di kawasan Sumatera dibangun tepatnya di kawasan Sumatera Timur. Para planters (pemilik kebun) mencari pekerja atau buruh yang berasal dari luar negeri. Para planters ini mencari buruh dari luar karena masyarakat Sumatera memiliki karakter yang berbeda, sehingga para pemilik kebun ini butuh buruh yang dapat bekerja keras untuk membuka lahan perkebunannya, makanya karena masyarakat China termasuk yang bertipe pekerja keras makanya diambillah buruh dari sana awalnya dari Semenanjung Malaysia. Baca lebih lanjut

Parisj van Sumatra


Di masa pemerintahan kolonial Belanda, kota Medan pernah dijuluki atau mendapat trade mark sebagai Parijs van Soematra. Ketika itu, memang kota Medan memiliki keindahan yang mirip seperti kota Paris. Sayangnya, hingga saat ini tak banyak masayarakat yang mengetahui apa dan bagaimana sebenarnya Parijs van Soematra yang pernah melegenda itu. Padahal, Parijs van Soematra merupakan sebuah episode sejarah yang unik. Baca lebih lanjut

Situs Gua Harimau Sumsel

Gua Harimau, itulah nama yang diberikan penduduk di sana. Gua Harimau, itu pula nama resmi yang sejak tiga tahun lalu masuk dalam peta penelitian arkeologi prasejarah Indonesia. Masyarakat setempat dan kalangan ilmuwan memang menggunakan kata “gua” (juga dalam pelafalannya, seperti juga tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan bukan “goa” (istilah yang sebetulnya tidak dikenal dalam bahasa Indonesia baku sehingga seharusnya dihindari, tetapi masih kerap dipakai) untuk menyebut liang atau lubang besar di kaki perbukitan. Baca lebih lanjut

Medan, Sebuah Titik Temu


Medan, jantung Eropa di Tanah Deli. Kota ini muncul karena kehidupan perkebunan yang melingkarinya. Orang-orang Eropa mengendalikannya melalui kantor-kantor yang megah itu-deretan bangunan bercat putih yang memancarkan semangat kerja keras bangsa kulit putih di tanah Hindia yang berhasil dan pantas dikagumi.

Sejarah mencatat, hubungan Eropa dan Medan sudah berlangsung lama. awalnya, tahun 1641 saat kapal yang dipimpin Arent Patter, seorang Belanda merapat untuk mengambil budak. Selanjutnya, berkerumunan orang Eropa mendatanginya. Baca lebih lanjut